Hendri Kampai: Saat Janji Politik Menjadi Janji Kosong, Disitu Rakyat Berubah Jadi 'Vigilante Virtual'

    Hendri Kampai: Saat Janji Politik Menjadi Janji Kosong, Disitu Rakyat Berubah Jadi 'Vigilante Virtual'

    PEMERINTAHAN - Hari-hari ini, janji politik seringkali terdengar seperti dongeng yang tak berujung indah. Ketika musim kampanye datang, para pemimpin berlomba-lomba mengobral janji seolah mereka adalah pahlawan yang akan menyelamatkan rakyat dari segala kesulitan. Namun, apa yang terjadi ketika janji-janji itu tak terpenuhi? Banyak pembenaran yang justru semakin menyakitkan hati rakyat.

    Mereka bilang, "Anggaran tidak tersedia." Tapi, di balik itu, proyek-proyek besar yang tak jelas manfaatnya tetap berjalan. Ironisnya, di saat rakyat bertahan dengan makan tempe sebagai makanan pokok, ada yang dengan entengnya menyamakan nilai gizi tempe dengan susu, tanpa benar-benar peduli apakah rakyat mampu membeli keduanya.

    “Semua harus menggunakan produk dalam negeri, ” katanya. Tapi lihatlah, berapa banyak alat, kendaraan, atau perangkat teknologi yang sebenarnya masih diimpor dengan label produk lokal? Sementara itu, usaha kecil dan menengah yang katanya akan didukung mati-matian hanya bisa mengandalkan modal sendiri tanpa fasilitas yang memadai.

    Ketika subsidi bahan bakar ditarik, alasannya adalah "pengalokasian tepat guna." Tetapi, kenyataannya, harga kebutuhan pokok melonjak, dan rakyat kecil yang sudah terbebani hanya bisa mengelus dada. Di balik layar, ada segelintir orang yang justru menikmati keuntungan besar.

    Janji pendidikan gratis terdengar manis, tapi kenyataannya UKT (Uang Kuliah Tunggal) justru naik setiap tahun. Tunjangan dosen yang dulu dijanjikan akan ditingkatkan malah dipotong tanpa alasan jelas. Bicara pengobatan gratis? Nyatanya, hanya ada program MCU (Medical Check-Up) bagi yang berulang tahun, yang lebih terasa seperti gimmick daripada solusi nyata untuk kesehatan masyarakat.

    Namun, seperti kata pepatah, "Kebenaran akan menemukan jalannya." Dalam era digital ini, kebohongan-kebohongan itu tak lagi mudah disembunyikan. Semakin lama, celah-celahnya terbuka, dan rakyat mulai sadar. Dari balik layar komputer dan gawai, muncul 'Vigilante Virtual'—warga dunia maya yang tanpa lelah menggali fakta dan membongkar kebohongan. Mereka mungkin bukan superhero dengan jubah, tapi dengan informasi di tangan mereka, mereka menjadi suara kebenaran yang terus menggema.

    Rakyat yang merasa dikhianati mulai bersatu. Mereka tidak lagi hanya mengeluhkan nasib, tapi belajar memperjuangkan keadilan dengan cara mereka sendiri. Di media sosial, di forum-forum diskusi, atau bahkan di jalanan, suara mereka semakin kuat. Karena mereka tahu, semakin lama kebohongan dibiarkan, semakin besar kerusakan yang ditimbulkan.

    Janji politik yang tidak terpenuhi bukan sekadar masalah kecil. Itu adalah penghianatan terhadap kepercayaan. Dan di dunia yang semakin transparan ini, para pemimpin harus sadar bahwa mereka tidak bisa lagi berlindung di balik alasan-alasan klise. Kebenaran akan terus mencari jalan, dan rakyatlah yang pada akhirnya akan menjadi hakim sejati atas mereka yang memimpin.

    Jakarta, 09 Januari 2025
    Hendri Kampai
    Ketua Umum Jurnalis Nasional Indonesia/JNI/Akademisi

    hendri kampai vigilante virtual
    Updates.

    Updates.

    Artikel Sebelumnya

    Hendri Kampai: Jangan Mengaku Jurnalis Jika...

    Berita terkait

    Rekomendasi

    Bupati Barru dan Forkopimda Sambut Hangat Kedatangan Kapolda SulSel Bersama Ibu Bhayangkari di Mapolres Barru
    Jumpa Pers Bupati dan Wakil Bupati Terpilih Periode  2025-2030 Usai di Tetapkan KPU Barru
    Hendri Kampai: Mengabdi untuk Bangsa, Bukan untuk Diri Sendiri, Cerita di Balik Amanah Jabatan
    Kapolda Sul-Sel Irjen Pol. Yudhiawan Bersama Ketua Bhayangkari Kunjungan Kerja di Kantor Mapolres Barru
    Hendri Kampai: Yang Dibutuhkan Rakyat Pengobatan Gratis, Bukan Sekadar MCU – Setelah MCU, Lalu Apa?

    Ikuti Kami